Maulana Asri
Video 1
Video 2
Video 3
Video 4
Video 5
Video 6
Thursday, July 29, 2010
Monday, July 26, 2010
Hukum berpuasa bagi orang yang bermusafir
HUKUM PUASANYA SEORANG MUSAFIR PADAHAL IA MERASA BERAT MELAKUKANNYA
1. Pertanyaan
Syaikh Muhamamd bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apa hukumnya puasa seorang musafir padahal ia merasa berat untuk melakukannya ?
Jawaban
Apabila puasa dirasa memberatkan dan membebaninya maka itu menjadi makruh hukumnya, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seseorang pingsan, orang-orang disekitar beliau bersesak-sesakan, beliau bertanya : “Kenapa orang ini?”. Mereka menjawab. “Dia berpuasa”. Beliau bersabda : “Puasa di waktu bepergian (musafir) bukanlah termasuk kebaikan” [1]
Adapun bila terasa berat atasnya puasa dengan kepayahan yang sangat maka wajib atasnya berbuka, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala orang banyak mengadukan kepada beliau bahwa mereka merasa berat berpuasa (tatkala bepergian, -pent) Nabi menyuruh mereka berbuka, lalu disampaikan lagi kepada beliau, “Sesungguhnya sebagian orang tetap berpuasa walau pun mereka tidak berdaya”, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Mereka itu ahli maksiat! Mereka itu pelaku maksiat!” [2]
Sedangkan bagi orang yang tidak mengalami kepayahan untuk berpuasa, yang paling afdhal adalah tetap berpuasa meneladani Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam manakala beliau tetap berpuasa, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu, “Kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan di panas terik yang menyengat, tiada seorangpun dari kami yang berpuasa kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abdullah bin Rawahah” [3]
2. Pertanyaan
HUKUM PUASA BAGI MUSAFIR, DAN REALITI SEKARANG INI BAHAWA PUASA TIDAK MEMBERATKAN
Syaikh Muhamamd bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Bagaimanakah hukumnya puasa seorang musafir, melihat realiti zaman sekarang ini puasa tidak memberatkan terhadap orang yang menjalankannya karena sempurnanya sarana & perhubungan dewasa ini ?
Jawaban
Seorang musafir boleh tetap berpuasa dan boleh berbuka, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya : Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” [Al-Baqarah : 185]
Para sahabat Radhiyallahu ‘anhum bepergian bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagian mereka ada yang berpuasa, sebagian yang lain berbuka, orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa, sebaliknya orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka, sedangkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di waktu bepergian, Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Kami bepergian bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan yang sangat panas, tiada seorangpun diantara kami yang berpuasa kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abdullah bin Rawahah” [4]
Kaidah hukum bagi musafir adalah dia disuruh memilih antara puasa dan berbuka, akan tetapi jika berpuasa tidak memberatkannya maka puasa lebih utama, karena di dalamnya terdapat tiga manfaat :
Pertama : Meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Kedua : Kemudahan, kemudahan puasa atas manusia; karena seorang manusia apabila dia berpuasa bersama orang banyak maka akan terasa ringan dan mudah.
Ketiga : Manfaatnya segera membebaskan diri dari beban tanggung jawabnya.
Apabila terasa berat atasnya maka sebaiknya dia tidak berpuasa, kaidah ‘Tidaklah termasuk kebaikan berpuasa di waktu bepergian’ tepat diterapkan pada keadaan seperti ini, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seseorang pingsan, orang-orang di sekitar beliau berdesak-desakan, beliau bertanya. “Kenapa orang ini?”. Mereka menjawab. “Dia berpuasa”. Beliau bersabda, “Puasa di waktu bepergian bukanlah termasuk kebaikan” [5]. Maka kaidah umum ini berlaku atas orang yang kondisinya seperti kondisi lelaki ini yang merasakan berat untuk berpuasa.
Karenanya kami berkata, “Bepergian di masa sekarang ini mudah –seperti yang dikatakan oleh penanya- tidak berat untuk berpuasa, pada umumnya, apabila puasa tidak berat dijalankan maka yang paling utama adalah berpuasa.
[Disalin dari kitab Majmu Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah Dan Ibadah, Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, terbitan Pustaka Arafah]
_________
Foote Note
[1]. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum/Bab Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang pingsan karena sangat panas, tidaklah termasuk kebaikan bahwa seseorang berpuasa kala bepergian (1946). Muslim : Kitab Shiyam/Bab Bolehnya berpuasa dan berbuka di kala bulan Ramadhan bagi musafir untuk tujuan selain maksiat (1115)
[2]. Diriwayatkan oleh Muslim : Kitab Shiyam/Bab Bolehnya berpuasa dan berbuka di bulan Ramadhan bagi musafir selain tujuan maksiat (1114)
[3]. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum/Bab 35 (1945). Muslim : Kitab Shiyam/Bab Memilih antara berpuasa dan berbuka di waktu bepergian (1122)
[4]. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum/Bab 35 (1945). Muslim : Kitab Shiyam/Bab Memilih antara berpuasa dan berbuka di waktu bepergian (1122)
[5]. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum/Bab Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang pingsan karena sangat panas, tidaklah termasuk kebaikan bahwa seseorang berpuasa kala bepergian (1946). Muslim : Kitab Shiyam/Bab Bolehnya berpuasa dan berbuka di kala bulan Ramadhan bagi musafir untuk tujuan selain maksiat (1115)
Sumber: www.almanhaj.or.id
1. Pertanyaan
Syaikh Muhamamd bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apa hukumnya puasa seorang musafir padahal ia merasa berat untuk melakukannya ?
Jawaban
Apabila puasa dirasa memberatkan dan membebaninya maka itu menjadi makruh hukumnya, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seseorang pingsan, orang-orang disekitar beliau bersesak-sesakan, beliau bertanya : “Kenapa orang ini?”. Mereka menjawab. “Dia berpuasa”. Beliau bersabda : “Puasa di waktu bepergian (musafir) bukanlah termasuk kebaikan” [1]
Adapun bila terasa berat atasnya puasa dengan kepayahan yang sangat maka wajib atasnya berbuka, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala orang banyak mengadukan kepada beliau bahwa mereka merasa berat berpuasa (tatkala bepergian, -pent) Nabi menyuruh mereka berbuka, lalu disampaikan lagi kepada beliau, “Sesungguhnya sebagian orang tetap berpuasa walau pun mereka tidak berdaya”, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Mereka itu ahli maksiat! Mereka itu pelaku maksiat!” [2]
Sedangkan bagi orang yang tidak mengalami kepayahan untuk berpuasa, yang paling afdhal adalah tetap berpuasa meneladani Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam manakala beliau tetap berpuasa, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu, “Kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan di panas terik yang menyengat, tiada seorangpun dari kami yang berpuasa kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abdullah bin Rawahah” [3]
2. Pertanyaan
HUKUM PUASA BAGI MUSAFIR, DAN REALITI SEKARANG INI BAHAWA PUASA TIDAK MEMBERATKAN
Syaikh Muhamamd bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Bagaimanakah hukumnya puasa seorang musafir, melihat realiti zaman sekarang ini puasa tidak memberatkan terhadap orang yang menjalankannya karena sempurnanya sarana & perhubungan dewasa ini ?
Jawaban
Seorang musafir boleh tetap berpuasa dan boleh berbuka, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya : Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” [Al-Baqarah : 185]
Para sahabat Radhiyallahu ‘anhum bepergian bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagian mereka ada yang berpuasa, sebagian yang lain berbuka, orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa, sebaliknya orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka, sedangkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di waktu bepergian, Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Kami bepergian bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan yang sangat panas, tiada seorangpun diantara kami yang berpuasa kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abdullah bin Rawahah” [4]
Kaidah hukum bagi musafir adalah dia disuruh memilih antara puasa dan berbuka, akan tetapi jika berpuasa tidak memberatkannya maka puasa lebih utama, karena di dalamnya terdapat tiga manfaat :
Pertama : Meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Kedua : Kemudahan, kemudahan puasa atas manusia; karena seorang manusia apabila dia berpuasa bersama orang banyak maka akan terasa ringan dan mudah.
Ketiga : Manfaatnya segera membebaskan diri dari beban tanggung jawabnya.
Apabila terasa berat atasnya maka sebaiknya dia tidak berpuasa, kaidah ‘Tidaklah termasuk kebaikan berpuasa di waktu bepergian’ tepat diterapkan pada keadaan seperti ini, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seseorang pingsan, orang-orang di sekitar beliau berdesak-desakan, beliau bertanya. “Kenapa orang ini?”. Mereka menjawab. “Dia berpuasa”. Beliau bersabda, “Puasa di waktu bepergian bukanlah termasuk kebaikan” [5]. Maka kaidah umum ini berlaku atas orang yang kondisinya seperti kondisi lelaki ini yang merasakan berat untuk berpuasa.
Karenanya kami berkata, “Bepergian di masa sekarang ini mudah –seperti yang dikatakan oleh penanya- tidak berat untuk berpuasa, pada umumnya, apabila puasa tidak berat dijalankan maka yang paling utama adalah berpuasa.
[Disalin dari kitab Majmu Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah Dan Ibadah, Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, terbitan Pustaka Arafah]
_________
Foote Note
[1]. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum/Bab Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang pingsan karena sangat panas, tidaklah termasuk kebaikan bahwa seseorang berpuasa kala bepergian (1946). Muslim : Kitab Shiyam/Bab Bolehnya berpuasa dan berbuka di kala bulan Ramadhan bagi musafir untuk tujuan selain maksiat (1115)
[2]. Diriwayatkan oleh Muslim : Kitab Shiyam/Bab Bolehnya berpuasa dan berbuka di bulan Ramadhan bagi musafir selain tujuan maksiat (1114)
[3]. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum/Bab 35 (1945). Muslim : Kitab Shiyam/Bab Memilih antara berpuasa dan berbuka di waktu bepergian (1122)
[4]. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum/Bab 35 (1945). Muslim : Kitab Shiyam/Bab Memilih antara berpuasa dan berbuka di waktu bepergian (1122)
[5]. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum/Bab Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang pingsan karena sangat panas, tidaklah termasuk kebaikan bahwa seseorang berpuasa kala bepergian (1946). Muslim : Kitab Shiyam/Bab Bolehnya berpuasa dan berbuka di kala bulan Ramadhan bagi musafir untuk tujuan selain maksiat (1115)
Sumber: www.almanhaj.or.id
Tuesday, July 20, 2010
Monday, July 19, 2010
Siapakah dia yang dikatakan Qarin?
Assalamualaikum,
Qarin adalah jin yang dicipta oleh Allah sebagai pendamping manusia. Boleh dikatakan ia sebagai "kembar" manusia. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini pasti ada qarinnya sendiri. Rasulullah s.a.w. sendiri tidak terkecuali. Cuma bezanya, qarin Rasulullah adalah muslim. Manakala yang lainnya adalah kafir.
Pada umumnya qarin yang kafir ini kerjanya mendorong dampingannya membuat kejahatan. Dia membisikkan was-was, melalaikan solat, berat nak baca al-Quran dan sebagainya. Malah ia bekerja sekuat tenaga untuk menghalang dampingannya membuat ibadah dan kebaikan.
Untuk mengimbangi usaha qarin ini Allah utuskan malaikat. Ia akan membisikkan hal-hal kebenaran dan mengajak membuat kebaikan. Maka terpulanglah kepada setiap manusia membuat pilihan mengikut pengaruh mana yang lebih kuat. Walau bagaimanapun orang-orang Islam mampu menguasai dan menjadikan pengaruh qarinnya lemah tidak berdaya. Caranya dengan membaca "Bismillah" sebelum melakukan sebarang pekerjaan, banyak berzikir, membaca al-Quran dan taat melaksanakan perintah Allah.
Sabda Rasulullah s.a.w. daripada Abdullah Mas'ud r.a. maksudnya: "Setiap kamu ada Qarin daripada bangsa jin, dan juga Qarin daripada bangsa malaikat. Mereka bertanya: "Engkau juga ya Rasulullah." Sabdanya: "Ya aku juga ada, tetapi Allah telah membantu aku sehingga Qarin itu dapat kuislamkan dan hanya menyuruh aku dalam hal kebajikan sahaja." (Riwayat Ahmad dan Muslim)
Aisyah r.ha. menceritakan bahawa pada suatu malam Rasulullah s.a.w. keluar dari rumahnya (Aisyah), Aisyah berkata: "Aku merasa cemburu." tiba-tiba Baginda berpatah balik dan bertanya: "Wahai Aisyah apa sudah jadi, apakah engkau cemburu?" Aku berkata: "Bagaimana aku tidak cemburu orang yang seumpama engkau ya Rasulullah." Sabda Baginda: "Apakah engkau telah dikuasai oleh syaitan?" Aku bertanya: "Apakah aku ada syaitan?" Sabda Baginda: "Setiap insan ada syaitan, iaitu Qarin." Aku bertanya lagi: "Adakah engkau pun ada syaitan ya Rasulullah?" Jawab Baginda: "Ya, tetapi Allah membantuku sehingga Qarinku telah masuk Islam." (Riwayat Muslim)
Di dalam hadis lain daripada Ibnu Umar r.a., sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud: "Aku dilebihkan daripada Nabi Adam a.s. dengan dua perkara, iaitu pertama syaitanku kafir lalu Allah menolong aku sehingga dia Islam. Kedua, para isteriku membantu akan daku tetapi syaitan Nabi Adam tetap kafir dan isterinya membantu ia membuat kesalahan." (Riwayat Baihaqi)
Ibn Muflih al-Muqaddasi menceritakan: Suatu ketika syaitan yang mendampingi orang beriman, bertemankan syaitan yang mendampingi orang kafir. Syaitan yang mengikuti orang beriman itu kurus, sedangkan yang megikuti orang kafir itu gemuk. Maka ditanya mengapa engkau kurus, "Bagaimana aku tidak kurus, apabila tuanku masuk ke rumah dia berzikir, makan dia ingat Allah, apabila minum pun begitu." Sebaliknya syaitan yang mengikuti orang kafir itu pula berkata: "Aku sentiasa makan bersama dengannya dan begitu juga minum."
Qarin akan berpisah dengan "kembar"nya hanya apabila manusia meninggal dunia. Roh manusia akan ditempatkan di alam barzakh, sedangkan qarin terus hidup kerana lazimnya umur jin adalah panjang. Walau bagaimanapun, apabila tiba hari akhirat nanti maka kedua-duanya akan dihadapkan ke hadapan Allah untuk diadili. Tetapi qarin akan berlepas tangan dan tidak bertanggungjawab atas kesesatan atau kederhakaan manusia.
Allahua'lam.
Tuesday, July 13, 2010
ISU ESQ
Fatwa Berkaitan ESQ Leadership Training
Baru hari ini saya berkesempatan menulis artikel berkaitan fatwa ESQ Leadership Training. Itupun setelah rakan saya Ustaz Amiza memberikan artikel yang telah beliau dapat semasa menghadiri seminar berkaitan ESQ di Pusat Dakwah Islamiah, Paroi awal tahun 2010 lepas. Mungkin ramai yang tidak mengetahui mengenainya. Untuk maklumat lanjut, anda boleh layari laman web rasmi ESQ http://esq.com.my/v1/ di Malaysia.
Ajaran, pegangan dan fahaman yang dibawa oleh ESQ Leadership Training anjuran Ary Ginanjar Agustian dan sebarang ajaran yang seumpamanya adalah menyeleweng daripada ajaran Islam ; kerana mengandungi ajaran-ajaran yang boleh merosakkan akidah dan syariah Islam. Ciri-ciri penyelewengan tersebut adalah seperti berikut :
1. Mendukung fahaman Liberalisme : iaitu memahami/mentafsir nas-nas agama (al-Quran dan as-Sunnah) secara bebas, dan faham Pluralisme agama ; iaitu fahaman yang mengajarkan semua agama adalah sama dan benar. Kedua-dua fahaman ini adalah sesat dan boleh membawa kepada kekufuran.
2. Mendakwa bahawa Nabi mencapai kebenaran melalui pengalaman dan pencarian. Ini bercanggah dengan akidah Islam tentang Nabi dan Rasul. Menurut akidah Ahli Sunnah Wa Jamaah, kenabian dan kerasulan adalah semata-mata pilihan Allah S.W.T (al-Isthifaiyayah) dan bukan sesuatu yang boleh diusahakan (al-Kasbiyyah)
3. Mencampuradukkan ajaran kerohanian bukan Islam dengan ajaran Islam, ESQ adalah hasil penemuan seorang Yahudi, Danah Zohar manakala God Spot adalah hasil kajian seorang Hindu vs Ramachandran. Kedua-dua penemuan ini disahkan dengan ayat al-Quran (Surah al-Hajj : Ayat 46)
4. Menekankan konsep “suara hati” atau “conscience” sebagai sumber rujukan utama dalam menentukan baik dan buruk sesuatu perbuatan. Konsep suara hati (conscience) adalah ajaran paling suci dalam agama Kristian. The Oxford Dictionary of World Religion menyebut : “In the main forms of Christianity, conscience is the absolutely invioable and sacrosanct centre of the person as human as responsible for her or his decisions”. Konsep suara hati juga merupakan ajaran agama Hindu seperti yang dijelaskan oleh Swami Vivekanda : “The Atman is the Holy Ghost of the Biblical Trinity, and the purpose of all religions is to make men heard ‘the still small voice’ within them”. Menurut Imam Abu al-Abbas pendapat demikian adalah zindek dan kufur.
5. Menjadikan logik sebagai sumber rujukan utama. Ini bertentangan dengan akidah Islam yang menetapkan bahawa al-Quran dan as-Sunnah sebagai rujukan utama.
6. Mengingkari mukjizat dan menganggapnya tidak dapat diterima oleh akal dan tidak sesuai dengan zaman sekarang yang serba logis. Mengingkari mukjizat adalah kufur dengan ijmak ulama’ ; kerana ia bermakna mengingkari nas-nas al-Quran dan Hadth Mutawatir yang mensabitkan mukjizat bagi Nabi A.S.
7. Menggunakan Kod 19 rekaan Rasyad Khalifah untuk mentafsir al-Quran. Rasyad Khalifah mengaku dirinya sebagai rasul dan membawa agama baru yang dinamakan “submission”. Teori Kod 19 dianggap lebih tinggi daripada al-Quran kerana mengikut teori ini, ayat-ayat al-Quran perlu dibuang atau ditambah bagi menyesuaikannya dengan Kod 19.
8. Menyamakan bacaan al-Fatihah sebanyak 17 kali sehari oleh orang-orang Islam dengan amalan Bushido oleh orang-orang Jepun yang berteraskan ajaran Buddha.
9. Mendakwa bahawa kekuatan luar biasa seperti mukjizat boleh berlaku melalui rumus Zero Mind Process (ZMP). Dengan ZMP ini, ESQ mengiaskan bahawa mukjizat Nabi Musa A.S diselamatkan daripada Fir’aun juga boleh berlaku kepada orang lain seperti yang berlaku kepada juruterbang Kapten Abdul Razak. Kefahaman mukjizat seperti ini adalah merupakan ajaran agama Hindu seperti yang diterangkan oleh Swami Vivekanda : “When Jesus healed, they called it a miracle”. What is miracle? A supernatural even says the dictionary. “Applied Raja Yoga”, says the Yogi. Just because you dont understand it, you call it miracle. We know what its about. Its natural to us.”
10. Mentafsirkan makna kalimah syahadah dengan “triple one”. Ini adalah tafsiran bid’ah dan sesat. Dalam konteks akidah “triple one” digunakan oleh Kristian untuk menghuraikan Konsep Trinity. Buku “Christianity For Dummies”, ketika menghuraikan konsep ini menyatakan : “The Trinity : How 1+1+1 Equals 1. Christianity say tha God is Trinity – One God Expressed in three beings. The term trinity means : “Three-oneness”
Artikel ini adalah tulisan dari Datuk Haji Wan Zahidi bin Wan Teh (Mufti Wilayah Persekutuan)
http://www.imranshamsir.com/ilmiah/fatwa-berkaitan-esq-leadership-training/
Pembongkaran ilmiah peyimpangan ESQ oleh JAKIM & IKIM : http://esqsesat.blogspot.com/
Untuk melihat lebih jelas method/kaedah/module ESQ sila tonton rancangan Halaqah di TV 9.
Wednesday, July 7, 2010
ADAKAH PRAKTEK MEDITASI BERKAIT DENGAN ISLAM?
Assalamualaikum,
Kita sering mendengar istilah meditasi, tetapi adakah kita tahu maksud meditasi. Menurut Wikipedia meditasi ialah praktik relaksasi (praktik utk mencari ketenangan fikiran atau minda) yang melibatkan pengosongan fikiran dari semua hal yang menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam hidup kita sehari-hari .Meditasi juga di tafsirkan aktiviti mental secara terstruktur dilakukan dalam jangka waktu tertentu untuk menganalisa, mengambil kesimpulan dan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menyikapi, menentukan tindakan atau penyelesaian masalah pribadi, hidup, dan perilaku. Sebenarnya ada banyak lagi penafsiran ttg meditasi ini sehingga kadang2 terdapat penafsiran2 yg sukar untuk di fahami dan cuma mereka yang mengamalkanya yang faham. Meditasi juga ada berbagai2 kaedah. Ada kaedah sedar dan separa sadar dan ntah apa apa lagi kaedah yg pelik2. Menurut agama Budaha dan Hindu meditasi ialah pengosongan minda di barengi dgn kaedah menarik dan menghembus nafas beberapa kali capai konsentrasi dan seterus penyatuan dengan Tuhan. Kaedah ini terdapat juga dalam amalan Yoga dan juga seni mempertahankan diri seperti kung fu, karate,wusyu dan lain2 lagi.
Menurut golongan sufi/tasawwuf pula ia adalah praktik pengosongan minda dari semua perkara kemudian merenung dan melihat kebesaran Tuhan dalam diri sendiri bukan hanya melihat dengan mata kasar tetapi dengan mata hati.Inilah adalah penafsiran kebanyakan penganut tariqat sufi taswwuf.Mereka mendakwa Nabi s.a.w. juga ada mengamalkan meditasi semasa berkhalwat di gua Hira’dan menurut mereka lagi solat salah satu dari meditasi yang berkesan maka timbulah istilah meditasi Islam dimana mereka mengaitkan meditasi dengan agama Islam.Sememangnya dalam ajaran Islam zikir dan juga solat itu boleh menenangkan hati tetapi tidaklah sama dengan meditasi (ketenangan) yang di faham dan di praktik oleh agama lain. Sebenarnya amalan meditasi ini di ceduk dari ajaran bukan Islam terutamanya ajaran agama Hindu.Cuma di bezakan sedikit kaedahnya supaya tidak 100% menyerupai agama lain, antara penyatuan dengan Tuhan (agama hindu) dengan merenungi kejadian Tuhan dalam diri (fahaman sufi). Sesungguhnya amalan meditasi bukanlah dari ajaran Islam yang sebenar yang mana Islam bersih dari unsur2 penyelewengan. Kita dilarang tasyabuh (meniru) amalan agama lain dan mencampuradukan antara yang hak dengan yang batil.Yang menghairankan penulis, kebanyakan dari kita begitu ghairah mengamalkan ajaran2 yang di ambil dari agama lain sedangkan banyak amalan amalan sunnah yg boleh menenangkan jiwa sprt berzikir, baca quran, beri’tikaf lain2 lagi yang tidak kita amalkan.
Contoh salah satu meditasi
Allahua’lam
Kita sering mendengar istilah meditasi, tetapi adakah kita tahu maksud meditasi. Menurut Wikipedia meditasi ialah praktik relaksasi (praktik utk mencari ketenangan fikiran atau minda) yang melibatkan pengosongan fikiran dari semua hal yang menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam hidup kita sehari-hari .Meditasi juga di tafsirkan aktiviti mental secara terstruktur dilakukan dalam jangka waktu tertentu untuk menganalisa, mengambil kesimpulan dan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menyikapi, menentukan tindakan atau penyelesaian masalah pribadi, hidup, dan perilaku. Sebenarnya ada banyak lagi penafsiran ttg meditasi ini sehingga kadang2 terdapat penafsiran2 yg sukar untuk di fahami dan cuma mereka yang mengamalkanya yang faham. Meditasi juga ada berbagai2 kaedah. Ada kaedah sedar dan separa sadar dan ntah apa apa lagi kaedah yg pelik2. Menurut agama Budaha dan Hindu meditasi ialah pengosongan minda di barengi dgn kaedah menarik dan menghembus nafas beberapa kali capai konsentrasi dan seterus penyatuan dengan Tuhan. Kaedah ini terdapat juga dalam amalan Yoga dan juga seni mempertahankan diri seperti kung fu, karate,wusyu dan lain2 lagi.
Menurut golongan sufi/tasawwuf pula ia adalah praktik pengosongan minda dari semua perkara kemudian merenung dan melihat kebesaran Tuhan dalam diri sendiri bukan hanya melihat dengan mata kasar tetapi dengan mata hati.Inilah adalah penafsiran kebanyakan penganut tariqat sufi taswwuf.Mereka mendakwa Nabi s.a.w. juga ada mengamalkan meditasi semasa berkhalwat di gua Hira’dan menurut mereka lagi solat salah satu dari meditasi yang berkesan maka timbulah istilah meditasi Islam dimana mereka mengaitkan meditasi dengan agama Islam.Sememangnya dalam ajaran Islam zikir dan juga solat itu boleh menenangkan hati tetapi tidaklah sama dengan meditasi (ketenangan) yang di faham dan di praktik oleh agama lain. Sebenarnya amalan meditasi ini di ceduk dari ajaran bukan Islam terutamanya ajaran agama Hindu.Cuma di bezakan sedikit kaedahnya supaya tidak 100% menyerupai agama lain, antara penyatuan dengan Tuhan (agama hindu) dengan merenungi kejadian Tuhan dalam diri (fahaman sufi). Sesungguhnya amalan meditasi bukanlah dari ajaran Islam yang sebenar yang mana Islam bersih dari unsur2 penyelewengan. Kita dilarang tasyabuh (meniru) amalan agama lain dan mencampuradukan antara yang hak dengan yang batil.Yang menghairankan penulis, kebanyakan dari kita begitu ghairah mengamalkan ajaran2 yang di ambil dari agama lain sedangkan banyak amalan amalan sunnah yg boleh menenangkan jiwa sprt berzikir, baca quran, beri’tikaf lain2 lagi yang tidak kita amalkan.
Contoh salah satu meditasi
Allahua’lam
Monday, July 5, 2010
Siapakah Wahabi?
Assaalamualaikum,
Semenjak akhir akhir ini telah timbul semula satu isu yang hebat diperkatakan orang termasuk para agamawan.Isu tersebut adalah isu Wahabi.Dahulu Wahabi di kenali dengan gelaran kaum muda oleh masyarakat Melayu.Ketika itu telah timbul pergeseran antara kaum muda dan kaum tua.Kebiasaannya ustaz ustaz/tok tok guru lepasan Mekah akan di label sebagai kaum muda kerana membawa fahaman yang asing dari apa yang mereka terima sejak dari zaman nenek moyang mereka.
Terdapat 2 tanggapan masyarakat tentang Wahabi ini.Di timur tengah (negara negara Arab) apabila disebut Wahabi orang akan mengatakan " Wahabi adalah golongan yang tidak membenarkan ummat Islam mendirikan bangunan atau tembok pada kubur2 termasuk mengecat,dan menghiasi kubur".Itu sebab sehingga sekarang kubur ahli Badar di Baqi' tidak ada tembok keadaannya rata begitu sahaja.Wahabi juga dikatakan tidak membenarkan kita bertawassul (berperantara)kepada orang yang telah mati dalam berdoa' termasuk kepada para wali dan Nabi Muhammad s.a.w. sendiri.
Dinegara kita pula Wahabi di tafsirkan orang sebagai kumpulan yang tidak buat kenduri arwah,tak baca Qunut subuh,tak bagi orang ziarah kubur,tak sambut Maulid Nabi dan sebagainya. Wahabi juga di katakan pemecah belah ummat,penentang amalan amalan tradisi yang di warisi dari turun temurun dan yang lebih dasyat dikatakan sebagai pengganas ( terroris).Persoalannya sekarang apakah benar dakwaan2 ini atau sebaliknya? atau pun semata mata berdasarkan fitnah dan sangka sangka belaka.
Penulis sering ditanya oleh sahabat2 apa dia Wahabi? mereka sering mendengar istilah ini tapi mereka bingung dan tak faham.Adakah ianya satu Mazhab baru? dan adakah ia termasuk dalam ahli sunnah?
Untuk menjawab pertanyaan2 tersebut penulis telah sempat membuat sedikit kajian melalui pembacaan,maklumat dari internet,dan bertanya dengan ustaz2 kita.Hasil kajian yang tak seumpamanya ini,penulis dapat menghimpunkan kajian dari seorang tenaga pengajar di Masjidil Haram iaitu Syeikh Abdul Qadeer Al Mandeely.Sebagai permulaan penulis terangkan secara ringkas biodata insan yang di label sebagai Wahabi.
Sejarah ringkas Syeikh Muhammad Abdul Wahab
Beliau adalah seorang ulamak yang di lahirkan di Uyainah yang terletak di utara Riyadh (Arab saudi) pada tahun 1115 H.(1703M.) Meninggal dunia pada tahun 1206H. Ayahnya sebagai seorang Qadi pada ketika itu. Nama penuhnya Syeikh Muhammad Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin At-Tamimi.
Beliau telah menghafal Quran semasa berumur 10 tahun. Mempelajari Feqah Hanbali,tafsir,& ilmu hadis dari bapanya sendiri. Dalam pembacaan beliau banyak merujuk kepada tulisan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Al hafiz Ibnu Qayyim. Beliau juga pernah belajar dengan beberapa ulamak Madinah antaranya Syeikh Abdullah Ibrahim,Syeikh Ali Afandy,Syeikh Ismail Al Ajluni,Syeikh Abdul Latif dan beberapa orang ulamak lagi.
ketika Syeikh Muhammad Abdul Wahab pulang ke negerinya di Najd, beliau mendapati bahawa kurafat dan iktiqad yang rosak berleluasa dinegerinya. Masyarakat ketika itu seringkali berulang ke kubur untuk meminta hajat dari penghuni kubur agar di lepaskan dari kesusahan.Antara kubur yang sering diziarahi ialah kubur Yazid Bin Al Khattab. Dinegeri Al Mantahah orang bertawassul (berperantara)dengan pokok tamar jantan dimana orang yang belum berkahwin berkata " Wahai bapa bagi sekalian bapa (pokok tamar jantan) saya hendak berkahwin sebelum cukup setahun".Kebanyakan masyarakat pada masa itu sentiasa berulangalik kekubur yang didakwa kubur para wali. mereka telah melakukan ibadat yang tak selayaknya seperti bernazar ,tawaf,menyembelih,meminta tolong di kuburan.
Jesteru itu Syeikh Muhammad Abdul Wahab bangkit menentang perkara perkara kurafat dan bid'ah tersebut.Beliau berusaha bersungguh sungguh didalam dakwahnya mengajak manusia kepada mentauhidkan Allah dan menjauhkan syirik.
Siapakah yang mula mula mengelar Wahabi?
Menurut kajian ustaz Wan Zahidi yang mula mula memberi gelaran Wahabi ialah penjajah Inggeris di India bagi menakut nakutkan masyarakat dengan dakwah yang dibawa oleh Syeikh Muhammad.Kemudian seorang rahib kristian dan seterusnya seorang Orientalis yang bernama Zuiber. Zubier dalam tulisannya mengatakan bahawa Wahabi adalah satu agama tersendiri, yang lain dari Islam. Imam Ibnu Qayyim yang lahir sebelum Syeikh Muhammad juga di gelar Wahabi semata mata kerana pemikiran kedua duanya sama. Disini jelas nampak kejahilan si Zubier,dimana kalau nak di gelar pun sepatutnya "Muhammadi" bukan "Wahabi" sebab Wahabi bapa kepada Syeikh Muhammad. Jadi jelas disini istilah Wahabi yang di gunakan untuk menakut2kan orang itu sebenarnya disebarkan oleh musuh musuh Syeikh Muhammad yang terdiri dari 1. Raja2 yang tak suka kepada gerakan Islah (Pembaharuan) yang di bawa oleh Syeikh Muhammad. 2. Ulamak2 yang bersama pemerintah & penjajah Inggeris. 3. Golongan Syiah Imamiyyah,yang menentang keras gerakan ini kerana merekalah yang paling banyak melakukan perkara kurafat,bid'ah dan kesyirikan.Setelah bekerja keras akhirnya dakwah beliau telah diterima baik oleh Raja Arab Saudi ketika itu dan gerakan dakwahnya telah diteruskan oleh orang terkemudian sehinggalah sekarang.
Orang kita sering mengungkapkan " harimau mati meninggalkan belang,manusia mati meninggalkan nama" penulis menambah "Ulamak mati meninggalkan kitab". Jadi antara kitab2 yang ditinggalkan oleh Syeikh Muhammad ialah Kitab Tauhid,Usul Al Iman,Al Qawaid al arba'Mukhtasar al-Bukhari dan banyak lagi.Kitab2 beliau banyak berkisar kepada persoalan tauhid dan sedikit kitab feqah.Disini penulis merasa hairan bagaimana orang kita lebih mengaitkan fahaman Syeikh Muhammad kepada perkara2 ibadah seperti tahlil ,Qunut subuh,talkin ziarah kubur,Maulid dan lain2 sedangkan dalam penulisan beliau banyak menulis tentang ilmu Tauhid (Ketuhanan).
Mengenai dakwaan "kalau nak kenal orang Wahabi mereka tak buat tahlil arwah,tak baca Qunut subuh,tak baca talkin kepada si mati,tak berdoa secara berjemaah selepas solat fardhu" dan lain lain,Insya'allah penulis akan ulas di lain kesempatan berdasarkan kepada satu2 isu sebab isu ini begitu sensitif bagi masyarakat kita dan perlu di sampaikan secara ilmiah dan bijaksana.
Allahua'lam.
Subscribe to:
Posts (Atom)